Never Know What Will Happen 3

Sabtu, 26 Oktober 20130 komentar

    Genap sudah seratus delapan puluh empat hari aku tanpamu. Saat perbedaan itu memang sudah terjadi sebelumnya, entahlah,apakah gelap gulita hingga tak ku lihat kamu yang dulu atau kita hanya kurang cahaya, tapi  itu semua datang, saat kamu berubah lalu campakan aku dan pergi dengan orang lain. Bosan? ya mungkin itu yang kamu rasakan denganku saat itu. Padahal hari-hari itu adalah hari-hari sebelum kamu akan bertambah usia, yang aku pikir.. kamu akan semakin dewasa dan bisa mengambil semua tindakan dalam hidupmu, di samping itu aku sudah menyiapkan semuanya untukmu. I just try to forget now, but love will remember.


   Hari dimana aku menikmati istirahatku, tanggal tanggal tanpa harus memikirkan formalitas nya hidup. Tapi aku hanya mengurung diri di ruang kecil di dalam rumahku menyiapkan hadiah kecil yang mungkin sudah kau buang sekarang. Ku kumpulkan foto kamu aku dan kita.. Dengan memperkirakan waktu yang tepat untuk hadiah kecil itu. Kotak hijau, iya..aku berikan hadiah-hadiah dengan rela sisihkan uang jajanku,  dan satu-persatu hadiah ku kumpulkan, walaupun mungkin tak berharga tp semua memiliki arti. Rajutan namaku dan namamu di handuk merah, karena aku tahu seberapa kamu suka dengan olahraga, aku ingin kamu selalu ingat aku saat kamu berkeringat dan setelah mencetak goal. Jam tangan, ya agar kau selalu ingat waktu-waktumu dalam hela nafasmu. Dan album kuning dengan catatan kecil..agar kamu tahu betapa aku ingin kamu mengerti.

   Entah, saat semua telah siap, aku bingung untuk memberikannya padamu saat kita sedang berjalan tanpa bulan dan bintang. Bagaimana aku bicara denganmu, agar kita tidak canggung, agar kita benar benar "kita". Iya, semua ini untukmu..Dan hari itu datang, kau menjemputku di depan gerbang hitam saat bel nya berbunyi, lalu ban itu berputar saat tanganku sudah melingkar berpegangan padamu. Satu, dua, tiga, empat, lima , kami diam, hanya suara kendaraan yang lalu lalang dan berusaha untuk menyalip. kamu terasa berbeda, kamu dingin, aku takut.. sambil ku pegang kotak hijau ku untukmu. Setengah perjalanan akhirnya dia menyapaku dalam tawa "kok lo diem si, tumben banget biasanya cerewet.. jadi cuma diem-dieman aja nih pas gue ulang tahun?" "engga kok, aku kira kamu lagi ga pengen ngobrol..kita mau kemana?" "ya pulang, tapi lewat yang agak jauh supaya lebih lama sama kamu"... Luluh hatiku, ketakutanku memudar, dan kita mulai berbicara dan sharing satu sama lain. Aku mendengarkannya saat dia bilang banyak perempuan yang memberikannya hadiah. Tidak ada rasa cemburu, hanya rasa percaya karena kata-kata yang kamu ucap meyakinkan aku untuk percaya padamu. Wajar dalam hatiku, laki-laki sepertinya banyak perempuan yang menyukai karena sifatmu yang ku nilai saat itu baik dan care, dengan tampang yang kece.

  Iya, Rem nya kau tarik dan roda hitam itu berhenti berputar, dia hanya antar aku tidak sampai komplek ku karena dia sedang buru-buru ditunggu oleh ayahnya, iya aku percaya. Saat aku mulai turuni roda dua itu, akhirnya kotak hijauku berpindah tangan pada pemilik sebenarnya. Aku bilang jangan sampe hilang, jaga baik-baik dan buka nya nanti kalau di rumah.. dan ku ucapkan selamat bertambah umur, lalu tanganmu menarik tanganku dan mencium tanganku sambil berucap terima kasih. aku bilang iya kembali kasih untukmu dan kami pun tertawa dalam kekakuan yang aku rasa. aku pergi, pulang berjalan dan menaiki roda empat yang badannya biru layaknya jet sampai dengan tujuan akhirku di rumah.

  Satu, dua jam, terik matahari membiarkan aku berdiam di ruang kecil dengan menunggu dan melihat hanphone berkalikali menunggumuu. Dan akhirnya kau memberikan message,  berterimakasih lagi karena kamu suka dengan hadiah yang aku berikan. Aku posting rasa senang ku dengan ku ucapkan ku pamerkan rasa ku padanya di sosial media, dengan simbol love untuknya......................................................................................Tapi, beberapa menit kemudian, kau berontak padaku, memarahiku, untuk apa memamer-mamerkan "kita". Tak seperti biasanya kamu seperti srigala galak yang mengancamku untuk menghapus postingan itu atau kamu akan mengembalikan kotak hijaunya padaku. Hatiku serasa mati, jantungku berhenti sejenak, nafasku memanas, mataku terpejam, hujan di pipiku menderas saat matahari siang itu sedang teriknya menerangi jendela kamarku. Aku melemas, membanting hanphone, dan membanting badanku sendiri ke tempat tidur. Kamu bilang aku dan kamu itu kita, apa kamu malu dengan kita? matahari seolah hilang karena pipiku telah banjir dengan hujan dari mataku, mata yang kamu sukadulu pernah kau bilang, mata yang indah, mata yang tidak boleh menangis karenamu, kau ucap dulu saat bulan dan bintang selalu temani kita. Tapi kau hancurkan semua cahaya menjadi mendung, dengan awan hitam yang mengerikan. Menyakitiku..........Sejak itu aku tak mau lagi berharap padamu, sudah aku berikan semuanya utukmu, tapi hanya sedikit saja ku pamerkan, sampai sebegitunya kamu tidak suka.

Lima hari, tidak, sepuluh hari setelah itu... kita sudah berbeda. Aku tidak pernah melihat "kita". Walau otakku memaksa mulutku untuk berkata, ini semua baik-baik saja. Aku tidak mengerti kamu terselubung dengan rahasiamu yang harusnya aku tidak tahu.
15 hari sudah, sebelas mei dua ribu tiga belas.. pukul 02.30 dini hari. Kamu serasa kembali, mengucapkan dalam rekaman suara mendoakan dan menjanjiakan hadiah untukku.. Bersama dengan orang ketiga yang selalu mendengarkan curahan hatiku tentang mu memberikan ucapan.. Otakku memaksaku berucap "kamu tidak pernah berubah, kamu yang dulu masih ada dan ingat padaku".
Kamu mengajakku untuk pergi melihat kamu bertanding bola basket. Aku menerimanya, tapi tidak bisa untuk tepat pada hari itu,  12 mei  aku menerima ajakannya..

12 Mei, awan mendung mengantarku ke tempat janjianku denganmu. Entah pertanda apa.... Lalu Kamu datang dengan gaya yang berbeda, dengan teman-temanmu.. duduk di halte menunggu semua datang dan pergi bersama. Aku bawakan bekal untukmu, dan kamu berkomentar enak.. belum cukup kenyang, aku pun ditariknya untuk membeli makanan dan aku dipaksa untuk makan juga.. sudah terisi perutku dan kembali ke halte tempat start berangkat bersama. Saat itu temannya membakar sepuntung kertas yang paling aku tidak suka.. kamu yang ku kira tidak pernah menghisap itu, minta pada temanmu itu dan menghisapnya di depan mataku.. mengeluarkan ampas asapnya di depanku.. hatiku mati, hilang semua pandanganku, itu bukan kamu!! Ku remas tanganmu hingga merah. Aku benci padamu...
Kemudian kamu menfajakku untuk pergi duluan dari teman-teman mu, mendekati area lapangan perebutan bola itu. Awan hitam tadi ternyata menebal dan menangis.. Entah pertanda apa dalam hatiku, aku dan kamu yang berbeda kini tetap berjalan dengan roda hitam yang berputar dengan cepat...menerobos hujan, kamu tak perduli aku basah atau tidak, tak perduli kehadiranku... rasanya nafasku akan habis

Sesampainya di tempat pertandingan, kamu kenalkan aku pada teman-teman mu, dan peremuan-perempuan yang akrab denganmu...Lalu kita nonton bersoraksorai. tertawa bersama lalu pulang, karena pertandinganmu ditunda...kamu langsung mengajakku pergi menjauhi lapangan dan pulang.. keduakalinya kamu menurunkan aku di tengah jalan, mungkin kamu capek, aku mengerti... saat aku turun dari roda hitam yang kembar itu, kamu berkutat dengan handphone seolah keseruan ada dalam pesan-pesanmu.. aku merebutnya, kamu memarahiku dan merampasnya lagi.. aku dan kamu bertengkar, adu tangan.. betapa kasarnya kamu. dan aku langsung pergi berlari dengan hati yang sudah benar-benar mati............Di hari ulang tahunku, kamu membunuh hatiku..Lalu ku curahkan semuanya.. entah dosa apa yang aku buat hingga hatiku mati dan menghitam seperti ini.

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2012. RAN EXPRESSION - All Rights Reserved

Proudly powered by Blogger