Blessed are those that can give without remembering and receive without forgetting.
~ Author Unknown
Selaku manusia, tak siapapun kan terlepas dari khilaf dan salah. Aku, kamu, mereka.. semuanya punya masa, dimana pernah melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan. Di kala itulah.. kehadiranmu di sisiku.. keberadaanku di dekatmu, menjadi bermanfaat dan menerima manfaat. Itulah masanya bagi kita, saling membuktikan kasih sayang kita pada teman, sahabat atau saudara kita. Saatnya untuk memberi dan menerima nasihat.
Apapun posisi kita nantinya kawan, sebagai penasihat atau yang dinasihati. Keduanya harus memperhatikan beberapa hal. Yang akan membuat aktivitas nasihat-menasihati, menjadi benar-benar bermanfaat dan berkah.
Selama ini, nasihat yang kita kenal, adalah sesuatu yang baik bukan. Ternyata, nasihat itu ada pula yang tidak baik kawan. Ialah nasihat, yang menunjukkan pada keburukan dan untuk kedustaan. Ingatkah, ketika syaithan menggoda Nabi Adam dan Hawa untuk memakan buah terlarang. Digambarkan dalam Al Qur’an,
”Dan dia (syaithan) bersumpah kepada kepada keduanya. ”Sesungguhnya aku ini, benar-benar termasuk para penasihatmu.” (Al A’raf:21)
Atau mari menengok kisah saudara-saudara Nabi Yusuf,
”Mereka berkata, ”Wahai ayah kami. Mengapa engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami semua menginginkan kebaikan baginya.” (Yusuf:11)
Keduanya adalah nasihat yang buruk kawan. Mengajak pada yang buruk, dan demi satu hal dusta.
Mata kita ini, seringkali menangkap sesuatu yang tidak baik pada diri teman, sahabat atau saudara kita. Satu kemungkinan yang tak boleh terjadi kawan, adalah menceritakannya kepada orang lain. Namun, katakanlah hal itu langsung kepadanya. Dan perhatikan yang ini kawan, agar nasihat, berbuah kebaikan:
1. Muatan nasihatmu
2. Cara untuk menasihati
3. Media yang akan kau gunakan
4. Adab menyampaikan nasihat
5. Suasana dan status sosial penerima nasihat
6. Target dari nasihatmu