Siang hari, langit tampak sangat cerah. Matahari yang
terlihat begitu kuning membuat hawa semakin panas. Dengan alunan lagu-lagu
cinta aku melamun membuka folder-folder kecil yang terselip dan belum sempat ku
hapus. Sudah hampir genap satu bulan
hari bahagia itu hancur begitu saja, hari-hari dengannya terlewat dan tersaring
seperti ampas. Aku fikir foto-foto dan video ini akan selalu aku lihat
bersamanya. Tapi kenyataannya tidak. Kali ini aku melihat dan mengenang
semuanya hanya sendiri. Aku fikir kita bisa nonton dvd bersama lagi di taman,
tertawa terbahak-bahak melihat lucunya film yang kita tonton. Menulis nama kita
berdua di bangku taman. Mengelilingi kampus dengan berjalan kaki dan tidak
merasa lelah walaupun hanya mengendarai sandal dengan dikemudikan kaki. Duduk di
lapangan basket, Mengobrol dan tertawa
bersama, menawarkan aku minum, belajar masak dan dia yang jadi komentator
pertama masakanku. Aku fikir itu memang mimpi, mimpi yang indah, dan ternyata kini
aku sudah terbangun di keadaan dan waktu yang berbeda. Mungkin semua itu hanya
semu seperti angin yang hanya lewat untuk menggerakan awan ke bagian langit
yang lain.
Terik sekali, aku pergi keluar rumah dengan mengendarai
motorku ke depan komplek. Kali ini aku ingin bertemu dengannya di taman. Ku parkirkan
motorku di depan komplek, langkah kaki ku melalui jalan di depan komplek, dan
memutuskan untuk menaiki angkot ke tempat janjianku dengannya. Oh ya, dia
menyuruhku bertemu dengannya bukan hanya bertemu, dia ingin meminjam dvd twilight
yang brseries itu. Saat ku turun dari angkot dengan ku jajaki jalan menuju
taman, tidak terlihat sama sekali batang hidungnya. Dia bilang jangan sms, dan
terus bagaimana denganku menunggu di tepi jalan ini. Orang terus-terusan lalu
lalang, sampai sesekali ada juga yang melihat kegelisahanku di tempat aku
berdiri menunggunya. Melihat kanan kiri dan menghitung satu sampai tiga
berharap tring dia datang, tapi sampai tia kali akhirnya aku memutuskan untuk
berpindah ke tempa lain. Saat aku ingin menyebrang dia datang dan berlari,
meminta maaf dan menarik tanganku ke tempat yang lebih teduh.
“Aku pikir kamu tidak jadi datang, panas sekali di sini”
wajahku yang memerah karena panasnya matahari langsung mereda di tempat teduh. “maaf
ya maaf, tadi tu macet.. yuk kita ke taman” ajaknya yang langsung membuatku
spontan tersenyum dan berdiam sejenak juga teringat ke dv dang ku bawa, ku
berikan padanya. Dia menertawaiku dan meledekku, tapi aku tertawa, aku tertawa
bersama dengannya. Kita berjalan menuju tujuan ke taman. Dia memintaku untuk
bernyanyi seperti di telepon saat dia masih di asrama. Perasaanku sangat bungah
dan dagdigdug hatiku saat diminta bernyanyi di depannya, malu dan rasanya ingin
klik skip adegan yang satu ini. Dia tetap memaksa, malah mengancam atau dia
pulang. Otomatis aku spontan menyanyi di depannya…. Sambil melihat daun-daun
yang gugur, seperti adegan sinetron yang sangat romantis saat kita berjalan
menuju taman. Saat satu bait ku nyanyikan “especially for you…….” Dia mengikuti
dan kita bernyanyi bersama. Mata kita bertemu, dan bukannya so sweet seperti orang-orang pacaran,
tapi kita malah tertawa bersama. Duet yang lumayan bagus.
Duduk di bangku taman dan memanjangkan kaki setelah berjalan
lama bersama dengannya. Angin yang mesra menderu di taman. Orang-orang berlalu
lalang, tapi kita cuek berdua menceritakan semua, ya semuanya. Hingga pada satu
titik cerita dia menceritakan masa lalunya dengan peremuan lain. Perempuan itu
adalah teman dari mantannya, dia belum kesampaian untuk memacarinya. Dia pikir
perempuan itu boneka atau mainan apa, seenaknya dia bilang belum kesampaian. Mata
ku melotot dan mencubitnya, memalingkan pandanganku dan cemberut. Dia pikir aku
cemburu atau marah, bukan itu maksudku sebenarnya. Apa dia tidak sadar di
depannya itu suka dan cinta padanya. Tapi dia malah menceritakan masalalunya. Dia
meminta maaf. Tapi aku masih memalingkan pandanganku. Dia malah menertawaiku
yang bertingkah seperti cewe remaja jaman sekarang. Dan aku pun ikut tertawa,
tapi ya hatiku memang sakit dia bercerita seperti itu. Dia meyakinkan, bahwa
tenang saja, dia hanya menyayangiku, dia bilang akulah masa depannya, akulah
muhrimnya nanti. Tapi setelah aku tertawa dengannya. Dia pun mengacukan mood
ku, dia bertanya apakah dia boleh memiliki pacar lain spontan aku berdiri dan
berjalan cepat keluar dari taman. Dia tetap duduk dan melihatku pergi begitu
saja. Meneriaki ku “lo pikir gue bakal ngejar lo kaya di sinetron-sinetron?”
aku membalik badan dan tetap bejalan meninggalkannya. Dia langsung meninggalkan
tempat duduk tadi, dan berlari meneriakiku lagi. “maaf maaf aku Cuma bercanda…
jangan kaya gitu dong”. Tak terasa mataku sudah berlinang, pikiranku kacau,
tapi selewat pikiranku, adegan ini seperti ada di sinetron, kampungan sekali. “apaan
si siapa yang marah, gue mau pulang” “jangan gitu dong, duduk sini dulu, jangan
pulang sebelum semuanya kaya biasa lagi, kamu kenapa?” “gapapa” cuek sekali aku
menjawabnya. “gini nih perempuan semuanya susah buat ditebak, pasti anti
dibahasnya di sms” “yaudah gue mau pulang, dan gak akan ngebahas ini di sms!!”
aku berteriak di depan mukanya dan berjalan lagi meninggalkannya.
Tiba-tiba dia menarik tanganku, sampai aku duduk di
sebelahnya, duduk di trotoar jalan dan meredakan emosiku. Mataku berlinang,
entah apa yang aku pikirkan, mungkin aku tidak terima cerita yang dia ceritakan,
rasanya seperti ada apa-apa pada wanita dalam ceritanya itu. Dia menenangkanku,
menggenggam tanganku, menyatakan persaannya I
love you I love you, i….love…you. aku membalasnya dengan kata “I hate you
!!!” sambil membentaknya. “beneran benci aku ya?” hening sekejap dan “I hate you when you talk about another girl. I
hate you much” aku berdiri dan berjalan meninggalkannya lagi. Tapi tetap
menarik tanganu “yaudah yaudah maaf I love you somuch udah sore yuk pulang. I
love you”
Sentak tanganku melepaskan tangannya dan membalas I love you too.***